Rahim Pengganti

Bab 94 "Pelukan Ternyaman"



Bab 94 "Pelukan Ternyaman"

0Bab 94      

Pelukan Ternyaman      

"Maaf," ucap Bian tidak enak. Pria itu tahu, jika Carissa masih butuh waktu. Bian juga tahu, di dalam kamar mandi tadi Caca menangis menumpahkan segala kegundahan hatinya.      

"Gak apa apa Mas. Tapi kamu gak bisa mandi? Itu Melody gak mau di lepas," ucap Caca.      

"Iya. Tapi gak apa apa. Aku tetap wangi, makanya Melody suka di dekat aku," jawab Bian dengan pedenya.      

Carissa malas berdebat dengan Bian, hanya bisa menatap datar suaminya itu. Sedangkan Bian sudah nahan tawanya, supaya Melody tidak terbangun. Malam ini kedua orang itu tidur di atas tempat yang sama, menatap langit kamar hotel tersebut.      

Berada di bawa selimut yang sama, hanya terbatas Melody karena anak itu tertidur sambil memeluk posesif sang Ayah. Lampu kamar sudah dimatikan namun, mata keduanya belum juga mau terpejam.      

Bian bisa melihat dari cahaya yang redup, menoleh ke arah samping di mana, Carissa sejak tadi menarik nafasnya berulang kali. Tidak ingin, membuat istrinya itu tidak nyaman Bian pun mencoba beranjak.      

"Mau kemana Mas?" tanya Carissa.      

"Aku di sofa aja. Sepertinya kamu, gak nyaman ada aku di sini," jawabnya. Meskipun kecewa, tapi Bian tidak akan marah. Bersyukur, berkat Melody yang tidak mau jauh darinya dia bisa berada di dalam ruangan yang sama. Coba saja jika tidak, entah bagaimana nasib Bian malam ini.      

"Gak usah pindah Mas. Tetap lah di sana, aku nggak nyaman karena ini tempat baru," jawab Caca. Bian baru ingat, jika Carissa memang akan seperti ini jika berada di tempat yang baru dirinya kunjungi.      

Caca akan sulit tidur, dirinya akan tidur jika ada seseorang yang mengusap tangannya. Bian yang ingat akan hal itu segera mengambil tangan Carissa menggenggamnya dengan erat.      

"Kamu tidur aja, ada aku di sini," ucap Bian. Mendengar hal itu, membuat pipi Caca bersemu merah. Untunglah saat ini lampu kamar redup, jika tidak Caca pasti akan malu.      

***      

Rasanya kedua mata sangat enggan terbuka, pelukan yang saling menghangatkan ini membuat kedua manusia itu begitu nyaman.      

"Bubun Yayah," ucap Melody.      

Anak itu sudah terbangun dari tidurnya, dan posisi mereka sudah berubah. Melody ada di dalam dekapan sang bunda sedang Bian memeluk Carissa dengan posesif.      

Mendengar celotehan yang dihasilkan oleh anak mereka, Bian membuka matanya dan Melody langsung tersenyum tak lama dari itu Carissa juga membuka mata. Kedua orang dewasa itu terkejut dengan posisi mereka.      

Seketika pipi Carissa kembali bersemu merah, wanita itu lalu beranjak dari tempat tidur masuk ke dalam kamar mandi. Di dalam sana, Caca memegang dadanya yang bergejolak sangat parah.      

"Astaga, kenapa gini," ujar Carissa.      

Pelukan yang diberikan oleh Bian, benar benar membuat dirinya begitu nyaman, aroma tubuh suaminya itu sangat candu. Sudah sangat lama, Caca merindukan hal itu.      

Sekitar tiga puluh menit, Caca sudah keluar dari dalam kamar mandi, terlihat Bian sedang bermain dengan Melody. Anaknya itu tampak sangat ceria, hal itu membuat Carissa bersyukur dan sangat bersyukur.      

"Mas kamu mandi aja dulu," pintah Caca. Mendengar ucapan Carissa, bi Euis yang sedang mempersiapkan pakaian Melody jadi tersenyum, Caca dan Bian yang melihat hal itu menjadi salah tingkah.      

Dapat dipastikan, jika asisten rumah tangganya ini akan salah paham dengan apa yang sudah terjadi. Bukannya menjawab Bian malahan segera masuk ke dalam kamar mandi.      

"Bi jangan mikir aneh aneh ya."      

"Emang bibi mikirin apa Bu. Gak aneh aneh kok," jawab bi Euis sembari menahan ketawanya.      

Pukul 10.00 pagi mereka berdua, pergi ke rumah sakit bersama dengan Melody. Jangan tanya bagaimana bisa anak itu di bawa masuk semua karena koneksi yang di lakukan oleh Bian.     

"Ini beneran gak masalah Mas? Nanti kalau di usir gimana?" tanya Carissa khawatir.      

"Siapa yang berani usir. Udah gak apa apa, tenang aja. Siska juga bukan ada penyakit menular, jadi aman, dan juga ruangan Siska udah bersih. Sebelum kita ke sana aku udah minta pihak rumah sakit membersihkan," jawab Bian.      

Carissa hanya menjawab dengan anggukan kepalanya, mereka pun masuk ke dalam kamar Siska. Ternyata di sana, sudah ada Mama Ratih dan Siska juga sudah sadar.      

"Mbak!!" panggil Siska. Gadis itu langsung menangis melihat hal itu Carissa mendekat dan memeluk erat adiknya. Caca mengerti bagaimana keadaan Siska saat ini, gadis itu membutuhkan banyak dukungan supaya psikisnya baik baik saja.      

Pelukan ternyaman itu adalah pelukan dari orang orang yang begitu tulus, dan hal itu didapatkan oleh Siska dari sang kakak ipar. Carissa bisa membuat Siska nyaman, tidak ada yang dihakimi wanita itu memberikan nasihat dengan caranya sendiri. Hal itu membuat Siska merasakan kenyamanan, sejak dia sadar tak ada satu katapun yang terlontar dari bibirnya, tapi saat Caca datang akhirnya gadis itu membuka suara.      

"Anak aku mbak. Anak yang belum sempat aku lihat, tapi kenapa sudah pergi," ucap Siska. Air matanya sudah mengenang, gadis itu kembali menangis.      

"Tuhan lebih sayang kepada dia. Kamu di sini harus bisa kuat, gak boleh sedih harus bisa semangat. Banyak orang yang cinta sama kamu," ucap Carissa sembari menatap semua orang yang ada di dalam ruangan itu.      

Mata Siska dan Bian bertemu, ada perasaan bersalah di dalam diri Siska. Wanita itu sudah membuat sang Abang kecewa dengan sikapnya, apalagi Mama Ratih juga pasti sangat kecewa saat ini.      

Bian mendekati sang adik lalu memeluknya dengan erat, dari mulut Siska hanya terlontar kata maaf berulang kali mendengar hal itu membuat Bian tidak suka, hatinya menjerit.      

"Hei. Jangan menangis, mau seperti apa yang sudah terjadi, kamu tetap adik kecil Mas yang paling Mas sayangi," ujar Bian sembari memberikan kecupan kasih sayang kepada Siska.      

***      

Suasana tiba tiba sepi, Bian sudah menahan emosinya sejak tadi. Untunglah ada Carissa yang siap di sampingnya. Jika tidak, dapat di pastikan wajah Elang saat ini akan kembali lebam.      

"Mau ngapain kamu ke sini?" tanya Bian dengan nada dingin. Pria itu tidak segan segan, memperlihatkan tingkat kekesalannya kepada Elang.      

Elang hanya mendesah berat, sungguh dirinya sangat berat dalam kondisi seperti ini.      

"Ka, maaf," ujar Elang. Siska yang ada di sana, hanya menampilkan senyuman manisnya. Melihat hal itu membuat, dada Elang menjerit pria itu meringkus dia tidak suka dengan tindakan seperti ini. Tidak suka dengan apa yang ditampilkan oleh Siska.      

"Nggak masalah Mas. Tenang aja, jangan seperti ini, belum tentu juga itu anak kamu kan? Soalnya aku, udah tidur dengan banyak pria," ucap Siska dengan menahan sesak di dalam dadanya.      

Tatapan Elang begitu terluka, pria itu sungguh sangat tidak suka dengan apa yang di ucapkan oleh Siska. Pria itu tahu, bahwa apa yang diucapkan oleh Siska tidak benar adanya.      

"Kamu pulang aja Mas. Aku mau istirahat dulu, udah aku baik baik aja kok," jawab Siska lagi. Lalu merebahkan dirinya, di atas tempat tidur.      

###      

Selamat membaca dan terima kasih buat semuanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.